Kamis, 15 April 2010

Kerusuhan Tanjung Priok

1.Penyebab Kerusuhan Tanjung Priok

Bentrokan dipicu rencana Pemerintah Provinsi DKI menggusur sebagian lokasi makam Mbah Priuk yang dikeramatkan. Warga, terutama mereka yang mengatasnamakan ahli waris tanah tersebut, berusaha mempertahankan Mbah Priuk.

Kuasa hukum ahli waris makam Mbah Priuk, Zulhendrihasan, mengatakan, tanah ini awalnya makam Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Saudagar Arab itu meninggal tahun 1756 karena kapalnya terkena badai di laut utara Jakarta.

Saat Habib Hasan dimakamkan, batu nisannya adalah dayung patah dan ”periuk” nasi milik Habib Hasan. Di makam itu juga ditanam bunga tanjung. Zulhendrihasan meyakini hal inilah awal dari penyebutan nama Tanjung Priok.

Sebelum tahun 1997, lokasi itu merupakan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dobo yang diisi oleh 28.500 unit makam. Luas TPU dan kawasan sekitarnya mencapai 145,2 hektar dan berada di Jalan Dobo, Jakarta Utara. Para ahli waris Habib Hasan mengklaim tanah itu sebagai milik mereka berdasarkan hak Eigendom Verponding No 4341 dan No 1780.

Sementara pihak PT Pelindo II mengklaim tanah itu berdasarkan sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Koja Utara, yang diterbitkan Kantor Pertanahan Jakarta Utara pada 21 Januari 1987. Dengan sertifikat itu, PT Pelindo II berniat memperluas terminal bongkar muat peti kemas sesuai dengan rencana induk pelabuhan.

Mendengar hal itu, pihak ahli waris melakukan protes dan memeriksa status kepemilikan tanah ke Kantor Pertanahan Jakarta Utara. Kantor Pertanahan Jakarta Utara mengeluarkan surat No 182/09.05/HTPT yang menyatakan bahwa status tertulis tanah di Jalan Dobo itu atas nama Gouvernement Van Nederlandch Indie dan telah diterbitkan sertifikat hak pengelolaan No 1/Koja Utara atas nama Perum Pelabuhan II.

Pada periode 1995-1997, sebanyak 28.500 kerangka dipindahkan ke TPU Budidarma, Semper, Jakarta Utara. Pada 21 Agustus 1997, kerangka Habib Hasan juga dipindah ke TPU Budidarma.

Namun, pada September 1999, ahli waris kembali membangun makam Mbah Priuk di lokasi lama serta sebuah pendopo tanpa izin Pelindo II dan tanpa izin mendirikan bangunan (IMB). Makam itu sering dikunjungi orang untuk berdoa dan berziarah.

Pada tahun 2001, Habib Muhammad bin Achmad sebagai ahli waris Habib Hasan mengajukan gugatan atas tanah tersebut ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara dengan nomor perkara 245/Pdt.G/2001/PN.Jkt.Ut melawan PT Pelindo II. Namun, PN Jakarta Utara menolak gugatan itu. Setelah itu, pihak ahli waris tidak mengajukan banding sehingga putusan pengadilan memiliki kekuatan hukum tetap dan hak atas tanah itu menjadi milik PT Pelindo II.

Pada 2010, PT Pelindo II meminta bantuan hukum dari Pemprov DKI untuk membongkar bangunan pendopo dan karena tidak memiliki IMB dan kawasan itu akan dijadikan perluasan terminal peti kemas. Makam akan diperluas dan dipercantik sehingga tetap dapat dikunjungi untuk ziarah warga.

Kerusuhan antara Satpol PP dengan warga masyarakat yang mempertahakan makam Mbah Priok yang digusur oleh beberapa kalangan dikatakan merupakan bentuk kegagalan Pemerintah Kota Jakarta Utara dan Satpol PP dalam membaca potensi kerusuhan. Pihak pengeksekusi seharusnya bisa mengantisipasi kerusuhan sebelum dilakukan eksekusi.

Sebaiknya pihak Satpol PP atau pihak yang akan mengeksekusi tanah tersebut melakukan pendekatan baik secara psikologis maupun pendekatan sosial dengan warga dan tokoh masyarakat.

Pendekatan itu tentunya merupakan kajian analisis untuk langkah selanjutnya. Bukan hanya mengerahkan ratusan petugas dang langsung menerobos barikade warga.

Bila itu dilakukan, jelas merupakan perbuatan konyol. Karena, makam Mbah Priok merupakan situs dan simbol keagungan sejarah dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Dan, pendukungnya jelas mempunyai keyakinan yang tinggi untuk mempertahankannya. Bilamana perlu, nyawa yang menjadi taruhannya. Warga benar-benar telah siap dengan segala kemungkinan.

Sebaliknya, para anggota Satpol PP. Mereka datang sekedar hanya melaksanakan perintah atasan. Apabila menolak perintah tersebut, jelas indisipliner atau malah pemecatan resikonya. Jadi, motivasi bentrok sendiri sudah berlainan. Maka, tak heran bila yang menjadi korban lebih banyak adalah petugas Satpol PP.

Oleh karena itu, peristiwa yang mengenaskan tersebut hendaknya cepat-cepat diselesaikan agar tidak meluas dampaknya, baik politik, sosial, maupun ekonomi. Jangan sampai kasus Koja menjadi peristiwa Mei 1998 menjadi terulang. Semoga!


2.Tanjung Priok Berdarah,satpol PP bentrok dengan warga ,tiga tewas .

JAKARTA – Kawasan Tanjung Priok kemarin (14/4) berdarah. Ratusan aparat satpol PP (satuan polisi pamong praja) terlibat bentrok dengan warga di sekitar areal pemakaman Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara.

Dari informasi yang dihimpun tadi malam, korban tewas dilaporkan mencapai tiga orang. Seorang dari satpol PP, seorang dari warga, dan seorang lagi masih diidentifikasi. Korban yang mengalami luka ringan hingga luka berat mencapai puluhan orang.

Peristiwa berdarah itu terjadi ketika aparat satpol PP akan menertibkan areal pemakaman atas perintah Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tapi, upaya tersebut ditolak warga. Alasannya, pemakaman itu termasuk yang dikeramatkan karena terdapat makam Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad alias Mbah Priok.

Apalagi, keluarga ahli waris dari Mbah Priok juga menentang upaya penertiban tersebut. Karena itu, sejak Selasa (13/4), warga pun beramai-ramai menjaga areal pemakaman tersebut.

Meski ditentang, aparat satpol PP tetap bergerak untuk menertibkan. Mereka bahkan bersiap-siap sejak pukul 19.00 Selasa (13/4) di Balai Kota Jakarta Pusat. Dua jam kemudian, mereka mengadakan apel akbar di tempat itu.

Sekitar pukul 01.00 keesokannya (14/4), pasukan satpol PP dipindahkan menuju kantor wali kota Jakarta Utara. Di sana, mereka bergabung dengan anggota Polres Jakarta Utara. Beberapa jam berselang, gabungan aparat itu bergerak menuju lokasi.

Sekitar pukul 05.00, polisi sudah memblokade jalan menuju makam dan mengusir kendaraan yang parkir. Dua jam kemudian, aparat satpol PP tiba di lokasi.

Ratusan warga ternyata sudah bersiap-siap menyambut untuk melawan. Kebanyakan mereka membawa senjata tajam. Ban-ban bekas dibakari warga untuk menghadang aparat satpol PP itu. ”Kami siap mati demi mempertahankan makam,” ujar salah seorang warga setengah berteriak.

Sekitar pukul 07.00, bentrok pun tak bisa dihindarkan. Itu terjadi setelah aparat satpol PP merangsek maju menuju areal pemakaman, lalu disambut lemparan batu oleh warga.

Tindakan tersebut memancing emosi aparat satpol PP. Mereka lantas membalas serangan itu hingga mengepung gerbang pertama makam yang baru dibangun.

Warga semakin marah. Mereka lantas melemparkan sejumlah bom molotov dan petasan. Upaya itu sempat membuat aparat satpol PP mundur. Tak lama kemudian, sebuah ekskavator digerakkan untuk membongkar tembok makam.

Aksi tersebut kembali menyulut emosi warga. Di antara mereka ada yang nekat merangsek maju. Bahkan, beberapa di antaranya mengejar sopir ekskavator itu hingga si sopir melarikan diri.

Saat warga merangsek maju itulah, dua aparat satpol PP menjadi korban. Mereka dibacok. Salah satunya adalah Hermanto. Tangan kanan warga Penjaringan, Jakarta Utara, tersebut terluka parah.

Hal itu membuat aparat satpol PP lainnya marah. Mereka mulai beringas menyerang warga yang berusaha bertahan. Karena itu, korban yang mengalami luka-luka pun bertambah.

Sebenarnya, dalam insiden tersebut sudah dilakukan beberapa kali negosiasi, tapi tetap tak membuahkan hasil. ”Kami sebenarnya rida dibongkar. Kami akan berikan 1 hektare di antara total 5,4 hektare. Jadi, kami punya sekitar 4 hektare. Tapi, mereka malah minta semua dan negosiasi ditutup,” ujar Ian Juanda Saputra, salah seorang kuasa hukum ahli waris.

Penertiban itu merupakan instruksi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Dalam instruksi tersebut, satpol PP diperintahkan mengeksekusi tanah perkuburan, terutama di sekitar makam Mbah Priok yang diklaim sebagai milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II.

Berdasar informasi, tanah itu akan dibuat jalan tol serta kanal. Sementara itu, informasi lain menyatakan, di areal makam tersebut bakal dibangun terminal peti kemas. Ada juga yang menyebutkan, di areal makam itu akan didirikan taman dan monumen seluas 100 meter persegi.

Tapi, apa pun rencana itu, semuanya ditolak warga. Mereka menyayangkan Pemkot Jakarta Utara yang menutup mata terhadap bukti kepemilikan lahan yang menjadi sengketa tersebut. Keikutsertaan Pemkot Jakarta Utara itulah yang memicu semakin marahnya warga. Sebab, sengketa tersebut sebenarnya terjadi antara warga dan Pelindo II.

“Kami wakil ahli waris tidak menutup pintu dialog. Kalau milik Pelindo, kenapa jauh hari sebelumnya dipagar?” keluh Zulhendri Hasan, wakil ahli waris.

Hingga tadi malam, suasana masih mencekam di sekitar lokasi bentrokan tersebut. Itu adalah tragedi kedua yang terjadi di Priok. Tragedi pertama terjadi pada 1984. Kejadian saat itu juga menewaskan beberapa warga. Bahkan, beberapa di antaranya hilang.

Berdasar laporan yang masuk, korban tewas dalam tragedi kemarin sebanyak tiga orang. Seorang korban tewas berasal dari satpol PP. Dia adalah M. Soepomo yang ditemukan tewas di kawasan peti kemas kompleks Pelindo. Kondisinya cukup mengenaskan. Seragam satpol PP yang masih melekat pada badannya dipenuhi bercak darah.

Dari warga, korban bernama Alvin. Umurnya diperkirakan baru 13 tahun. Dia adalah salah seorang santri pondok pesantren di sekitar makam.

Di bagian lain, jajaran Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa kerusuhan di kawasan Koja, Tanjung Priok, itu bukan murni perlawanan warga terhadap rencana peralihan fungsi makam Mbah Priok. Menurut polda, kerusuhan tersebut muncul karena disusupi unsur lain yang memanas-manasi situasi. Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Boy Rafloi Amar pada Rabu petang (14/4).

Menurut dia, berdasar penyelidikan jajaran reserse dan intelkam kepolisian, sudah diidentifikasi kelompok-kelompok dari ormas-ormas tertentu dari luar kawasan Koja, Tanjung Priok, yang masuk ke Koja untuk melawan polisi maupun satpol PP.”Sangat disayangkan, mereka (kelompok itu, Red) merusak mobil-mobil pemerintah, termasuk mobil polisi dan satpol PP,” terangnya.

Terkait dengan korban meninggal, mantan Kapolres Jakarta Utara tersebut memastikan tetap ada proses hukum terhadap para tersangka. Termasuk, mengusut pemicu bentrokan, yakni ketika ribuan anggota satpol PP merangsek masuk ke kompleks makam Mbah Priok.

“Yang jelas, kejadian tadi pagi (kemarin, Red) bukan untuk menggusur makam, melainkan mengalihfungsikan kompleks makam. Kami (polisi, Red) berposisi sebagai back up (membantu saja, Red). Sebab, tugas utama ada di satpol PP dan Dinas Trantib DKI Jakarta,” paparnya.

Saat ditanya apakah pemicu kerusuhan, yakni satpol PP dan dinas trantib, akan diproses secara hukum, dia menjawab bahwa hal tersebut tetap diselidiki. (mom/ind/jpnn/kuh/c11/kum)
-7.287243 112.739048


3.BANJIR DARAH DI MAKAM KERAMAT







Bentrok Satpol PP-Warga Tanjung Priok, Tiga Tewas, Ratusan Terluka

JAKARTA-Bentrok warga dan aparat Satpol PP-Polri di kompleks makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad alias Mbah Priuk kemarin menyebabkan lebih dari 144 orang terluka. Belasan korban tercatat menjalani operasi karena menderita luka di kepala, putus tangan, dan terkena sabetan benda tajam.

Jumlah korban jiwa dilaporkan tiga orang, dua di antaranya dari warga setempat dan satu orang dari anggota Satpol PP. Sebagian besar korban dirawat di RSUD Koja. Untuk menghindari bentrokan di rumah sakit korban dari aparat keamanan akhirnya dilarikan ke Tanjung Priok Port Health. Lima korban luka parah juga langsung dirujuk ke RSCM.

Satu jenazah berseragam Satpol PP dengan identitas nama M Soepoeno ditemukan di kawasan peti kemas dalam kompleks Pelindo.
Di tempat itu suasana sangat gelap, tidak ada lampu. Soepoeno tergeletak di samping peti kemas yang mengarah ke pagar kawat menuju laut. Menurut security Pelindo bernama Gaga, jenazah itu sudah sejak siang tertahan di kompleks Pelindo dan hanya ditutup koran. “Saat teman-temannya dievakuasi melalui laut, dia ditinggal,” terang dia.

Kondisi jenazah cukup mengenaskan. Seragam Satpol PP yang masih melekat di tubuhnya dipenuhi dengan darah. Soepoeno memiliki kumis dengan rambut cepak. Diperkirakan, umurnya sekitar 40 tahun. Ia tewas dengan posisi tubuh terlentang dan mulut yang terbuka. Di bagian kepala terlihat darah yang sudah mengering. Begitu juga dengan baju di badannya, darah yang membanjiri sudah mengering. Sepatu serta peluit masih berada di bajunya.

Gaga juga meminta bantuan wartawan agar menyampaikan kepada tim medis untuk segera menjemput jasad Soepoeno. “Mudah-mudahan tim medis berani datang, ya karena memang masih banyak warga di depan,” terang Gaga. Sampai pukul 22.30 tadi malam, jenazah korban belum juga dievakuasi.

Sebenarnya, lanjut Gaga, ada 2 Satpol PP yang mengalami luka parah. Namun seorang lagi diselamatkan seorang yang diduga Habib. “Dia meminta agar diselamatkan orang tersebut, tidak dimatikan. Dan tadi sudah dibawa Habib itu pergi ke rumah sakit,” tuturnya.

Pengacara ahli waris Mbah Priuk, Yan Juanda Saputra, ketika ditemui di RSUD Koja menyatakan ada dua korban jiwa dari pihak warga. Keduanya diketahui laki-laki masih remaja ditemukan di areal makam setelah insiden penyerangan. “Ada yang meninggal di dalam (rumah sakit), dua. Satu 10 tahun, satu lagi 20-an tahun,” katanya.

Sekitar dua ribu aparat Satpol PP dan 600 personel polisi dilaporkan menyerang warga yang berusaha mempertahankan makam. Ribuan petugas Satpol PP bergerak dari arah Pelabuhan Peti Kemas. “Ada yang dipukuli dan dihabisi Satpol PP,” katanya.
Ketika dikonfirmasi terpisah, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono mengatakan bahwa sedikitnya 144 orang terluka, terdiri dari 10 anggota polisi, 69 anggota Satpol PP, dan 53 orang warga. “Tapi, perlu diklarifikasi agar tidak simpang siur. Hingga saat ini tidak ada korban jiwa,” kelitnya.

Bentrok terjadi sejak pukul 07.15. Namun, kedua pihak telah berhadap-hadapan sejak pukul 05.30. Ratusan warga memang sudah sejak beberapa hari lalu menginap di areal makam untuk mengantisipasi kabar pemerintah daerah akan menggusur makam pemuka agama yang dihormati masyarakat Jakarta tersebut.

Bentrok beberapa kali terjadi sejak pagi hingga tadi malam. Dalam bentrokan yang terjadi sekitar pukul 13.30 kemarin siang, aparat Satpol PP dan Polri yang sempat meringsek hingga pintu gerbang makam berhasil dipukul mundur oleh warga.

Warga juga sempat melakukan pengejaran aparat hingga ke depan RSUD Koja, sekitar satu kilometer dari areal makam. Sejumlah aparat Satpol PP dan polisi yang terjebak di kawasan pelabuhan dikabarkan menjadi bulan-bulanan warga. Warga juga sempat mengejar aparat hingga ke pintu gerbang rumah sakit, namun dihalangi paramedis karena seluruh selasar RSUD Koja digunakan untuk merawat korban bentrokan.
“Yang luka serius dan harus dioperasi ada lima orang,” kata Caroline, juru bicara RSUD Koja, dalam keterangan persnya.

Untuk meredakan ketegangan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjanji akan menggelar mediasi terkait kerusuhan di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara. Pemprov sebagai fasilitator akan mengundang ahli waris makam, forum ulama dan habaib, MUI serta Polda Metro Jaya.
“Besok pagi (hari ini) tanggal 15 April akan digelar mediasi terkait kasus tadi. Kita ingin semuanya selesai tidak ada kekerasan,” ujar Wagub Jakarta Prijanto.

Rencananya pertemuan akan dilakukan di Balaikota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, pukul 09.00 WIB. Prijanto pun berharap masalah ini akan selesai dengan damai. “Kita berusaha mencari titik temu tentang masalah yang ada di Koja semoga acara berjalan lancar dan semuanya berjalan baik,” pungkasnya.

Sementara Sekretris FPKB M Hanif Dhakiri mengimbau kedua pihak untuk menahan diri dan segera duduk bersama dengan tokoh-tokoh Islam guna mencari solusi terbaik

Menurut Hanif, makam Mbah Priuk itu merupakan makam keramat dan dijaga warga. Karena itu, pemerintah tidak bisa digusur dengan cara-cara kasar seperti penggusuran lahan kosong atau rumah sengketa. “Itu makam keramat yang disucikan yang tak bisa digusur seenaknya,” papar Hanif.
Hanif yang juga anggota Komisi X DPR ini juga mengingatkan, bahwa makam para pejuang dan wali dinilai sebagai cagar budaya. “Jangan lupa makam keramat seperti itu juga tergolong cagar budaya. Pemerintah mestinya melindunginya, bukan malah mau menggusurnya,” terangnya.
Saat ditanya soal bagaimana sebaiknya posisi Satpol PP ke depan, Hanif dengan tegas menjawab. “Kalau pendekatan Satpol PP tetap kasar dan tidak manusiawi begitu, mending dibubarkan saja. Atau minimal fungsi dan perannya ditinjau lagi biar nggak seperti combatan,” pungkasnya.
Tadi malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan penghentian penertiban kompleks makam Mbah Priuk hingga menunggu situasi lebih baik. Presiden menetapkan status quo, hingga semuanya selesai dibicarakan dengan para pemangku kepentingan.

“Saya minta status quo,” kata SBY dalam keterangan pers di depan Kantor Presiden, Jakarta yang dimulai pukul 23.10 WIB. Presiden mengatakan, insiden benturan fisik antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan warga seharusnya dapat dihindari. Sebab, begitu melihat situasi sosial di lapangan tidak memungkinkan dilakukan penertiban, tidak tepat dilakukan pemaksaan. “Meski secara hukum benar, tetapi tetap tidak tepat untuk dipaksakan,” kata Presiden.

Presiden mengucap belasungkawa kepada para korban, dan meminta dirawat secara intensif. Para tokoh masyarakat dan agama diharapkan memberikan rekomendasi dan saran kepada Pemda DKI. SBY juga mengistruksikan Polri mengamankan kompleks yang disengketakan. “Juga mencegah terjadinya insiden baru, melindungi masyarakat dari aksi-aksi yang tidak bertanggungjawab,” kata SBY.


lephct :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar